Fenomena Sawit

Dan kawasan seperti Papua, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur banyak diincar oleh investor kelapa sawit. Saya jadi ingat pada sebuah pembicaraan di atas gerbong restorasi kereta api, seorang bapak sedang berapi-api menjelaskan kepada temannya sambil asyik minum kopi bahwa sebuah pulau di papua yang berhutan lebat (primer) akan diincar kayunya. Disebuah stasiun televisi, ditayangkan bagaimana seorang badak cula dua Sumatra yang hampir punah masuk ke dalam kampung penduduk di Lampung Tengah. Badak tersebut bingung karena habitatnya sudah punah akibat penebangan hutan yang akan sudah menjadi lahan kelapa sawit.

Bahkan di Jambi, ditayangkan bagaimana seekor orangutan yang lucu sedang asyik loncat dari satu batang kayu yang ditebang ke batang kayu yang lain karena hutan tempat habitatnya sudah habis dipapas. Sehingga pihak WWF harus mengejar orang utan tersebut untuk dipindahkan ke lokasi yang ideal. Orang utan tersebut dalam keadaan stress, miris saya melihatnya.

Sebelum lebih jauh membahas fenomena sawit, mungkin ada baiknya mengenal sejarah tanaman ini di Indonesia.

1. SEJARAH KELAPA SAWIT

Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah Belanda pada tahun 1848, saat itu ada 4 batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mamitius dan Amsterdam lalu ditanam di kebun Raya Bogor. Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet (orang Belgia). Budidaya yang dilakukannya diikuti oleh K.Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 Ha. Lokasi Pabrik Kelapa Sawit PERLABIAN di Rantau Prapat, Sumatra Utara adalah salahsatu yang tertua di Indonesia. (Tim SGU pasti ingat deh lokasi ini)

Pada tahun 1919 mengekspor minyak sawit sebesar 576 ton dan pada tahun 1923 mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton. Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit maju pesat sampai bisa menggeser dominasi ekspor Negara Afrika waktu itu. Memasuki masa pendudukan Jepang, perkembangan kelapa sawit mengalami kemunduran. Lahan perkebunan mengalami penyusutan sebesar 16% dari total luas lahan yang ada sehingga produksi minyak sawitpun di Indonesia hanya mencapai 56.000 ton pada tahun 1948 / 1949, pada hal pada tahun 1940 Indonesia mengekspor 250.000 ton minyak sawit.

Pada tahun 1957, setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia, pemerintah mengambil alih perkebunan (dengan alasan politik dan keamanan). Untuk mengamankan jalannya produksi, pemerintah meletakkan perwira militer di setiap jenjang manejemen perkebunan. Pemerintah juga membentuk BUMIL (Buruh Militer) yang merupakan kerja sama antara buruh perkebunan dan militer. Perubahan manejemen dalam perkebunan dan kondisi social politik serta keamanan dalam negeri yang tidak kondusif, menyebabkan produksi kelapa sawit menurun dan posisi Indonesia sebagai pemasok minyak sawit dunia terbesar tergeser oleh Malaysia.

2. PELUANG INVESTASI

Kelapa sawit adalah tanaman keras sebagai salah satu sumber penghasil minyak nabati yang bermanfaat  luas dan memiliki keunggulan dibandingkan minyak nabati lainnya. Industri kelapa sawit terdiri dari beberapa segmen industri yaitu budidaya perkebunan dan mill (pengolahan kelapa sawit menjadi Crude Palm Oil /CPO), industri pengolahan dan perdagangan. Umumnya industri yang banyak diusahakn di Indonesia adalah segmen perkebunan dan mill.

Luas areal tanaman kelapa sawit terus berkembang dengan pesat di Indonesia. Hal ini menunjukkan meningkatnya permintaan akan produk olahannya. Ekspor minyak sawit (CPO) Indonesia antara lain ke Belanda, India, Cina, Malaysia dan Jerman, sedangkan untuk produk minyak inti sawit (PKO) lebih banyak diekspor ke Belanda, Amerika Serikat dan Brasil. Minyak sawit kasar dan  minyak inti sawit dapat diolah lebih lanjut untuk menghasilkan minyak goreng dan berbagai produk oleokimia.

Untuk meningkatkan nilai tambah limbah pabrik kelapa sawit, maka tandan kosong dapat dimanfaatkan untuk mulsa tanaman kelapa sawit, sebagai bahan baku pembuatan pulp dan pelarut organik. Tempurung kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar dan pembuatan arang aktif. Selain itu bungkil sawit juga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pakan ternak.

3. KEUNGGULAN KELAPA SAWIT

Kelapa sawit mempunyai produktivitas lebih tinggi dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya (seperti kacang kedele, kacang tanah dan lain-lain), sehingga harga produksi menjadi lebih ringan. Masa produksi kelapa sawit yang cukup panjang (22 tahun) juga akan turut mempengaruhi ringannya biaya produksi yang dikeluarkan oleh pengusaha kelapa sawit.

Kelapa sawit juga merupakan tanaman yang paling tahan hama dan penyakit dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Jika dilihat dari konsumsi per kapita minyak nabati dunia mencapai angka rata-rata 25 kg / th setiap orangnya, kebutuhan ini akan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan meningkatnya konsimsi per kapita.

Supply sawit di dunia saat ini sangat terbatas, karena kelapa sawit hanya dapat dibudidayakan di daerah katulistiwa dan diperkirakan hanya 2% dari belahan lahan di dunia. Daerah ideal bagi perkebunan kelapa sawit adalah Malaysia dan Indonesia, akibatnya, proses produksi kelapa sawit belum mencukupi konsumsi dunia.

Selain itu panen kelapa sawit dapat dilakukan 2 x dalam sebulan. Bila anda tertarik untuk berinvestasi dikelapa sawit, maka mulai dari masih bibit hingga panen pertama jaraknya sekitar 4 tahun. Dan pada tahun ke-4, kelapa sawit dalam satu hektar dapat dipanen 2 x. Dalam satu hektar bisa menghasilkan sekitar 30 ton, saat ini harga 1 ton / tandan kelapa sawit adalah Rp 300,000. Jadi anda bisa mendapatkan penghasilan kotor perhektar lahan kelapa sawit adalah Rp 300,000 x 30 = Rp 9,000,000/hektar/1 x panen dan dalam satu bulan berarti anda bisa mendapatkan Rp 18,000,000/gross (belum dipotong biaya produksi). Bisa dibayangkan pendapatan kotor petani kelapa sawit yang minimal mempunyai lahan 10 hektar saja.

4. KERUGIAN DARI KELAPA SAWIT

Dari perjalanan saya bersama tim SGU ke wilayah Rantau Prapat pada awal bulan Mei 2008 lalu, saya mendapatkan informasi bahwa tanaman kelapa sawit adalah tanaman yang rakus air. Karena ia banyak menyerap air dan juga unsur hara yang berfungsi untuk menjaga kesuburan tanah.

Kelapa Sawit (Elaeis guinensis jacq) adalah salah satu jenis tanaman dari famili palma yang berasal dari Afrika Barat. Sepanjang jalan menuju kota Rantau Prapat yang memakan waktu sekitar 6 jam perjalanan dengan kereta api dan 8 jam dengan bus, dapat disaksikan ribuan hektar lahan kelapa sawit yang berjejer rapi dan menyejukkan mata. Tapi tanpa disadari tanaman tersebut sangat rakus air dan unsur hara sehingga menyebabkan warna tanahnya berubah dari merah menjadi agak keputihan-putihan. Belum lagi para petani yang menggunakan pupuk pestisida untuk menyuburkan tanaman.

Bisa dibayangkan Sumatra yang dulu hijau royo-royo dan berhutan lebat kini berubah menjadi ladang green gold atau emas hijau. Banyak petani pendatang yang menjadi kaya raya akibat sawit. Mobil baru berseliweran dan masyarakat memakai perhiasan mewah pada waktu masuk kedalam pertokoan. Tapi akibatnya jangka panjangnya tidak dihiraukan, life cycle lahan kelapa sawit agar bisa ditanami kembali sekitar 3 – 4 kali masa tanam. Tanaman kelapa sawit berproduksi selama 22 tahun dan setelah sekitar 60 – 80 tahun, maka tanah tersebut tidak dapat ditanami kembali. Lahan bekas kelapa sawit tersebut hanya bisa ditumbuhi semak belukar dan bukan tanaman produksi lagi. Bisa dibayangkan apabila Sumatra akan menjadi padang gurun seperti di kawasan Afrika dimana tanaman kelapa sawit tersebut berasal.

Jadi bukan tidak mungkin apabila ditahun 2030 – 2040 nanti lahan kelapa sawit di Sumatra, Papua, Kalimantan, Sulawesi dan bahkan Jawa akan gersang. Jadi wisata padang gurun akan menjadi atraksi wisata tahun 2040/2050 di Indonesia. Saat ini bahkan banyak petani plasma di Kalimantan sudah kehilangan tanahnya akibat sudah dijual ke para pemodal besar, sehingga mereka tidak bisa lagi menikmati lahan mereka dan kejernihan sungai. Banyak sungai yang kering setelah ditanami kelapa sawit.

Bahkan tanaman kelapa sawit ini hanya 1/3 menyerap CO2 dibanding tanaman lainnya, sehingga saya tidak mendukung apabila pemerintah kota menanam kelapa sawit untuk penghijauan kota. Karena tanaman tersebut tidak dapat menyerap polusi udara yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor, walau memang sekilas tampak indah.

Limbah cair yang dihasilkan pabrik kelapa sawitpun juga merusak lingkungan apabila tidak ditangani secara baik dan professional. Limbah cair kelapa sawit sangat bau dan menghasilkan gas karbon yang besar sehingga dapat merusak ozon dan mempengaruhi pemanasan global. Bahkan di beberapa tempat di Sumatra, limbah cair kelapa sawit mencemari lingkungan dan sumur-sumur penduduk sekitar pabrik. Sehingga sebuah perusahaan limbah mencoba menawarkan solusi untuk menangani limbah cair kelapa sawit tersebut agar aman bagi lingkungan dan bahkan sebenarnya limbah cair kelapa sawit tersebut dapat dijadikan energi listrik. Cuma biaya modal yang tinggi menyebabkan perusahaan kelapa sawit belum tertarik untuk membiayai proyek listrik mandiri tersebut.

Selain itu banyak pemodal besar yang hanya mengincar kayunya saja dari izin penebangan hutan untuk memperluas lahan kelapa sawit. Mereka akan mengekspor kayu gelondongan tersebut keluar negeri dan janji tinggal janji untuk mengkonversi lahan gundul tersebut ke lahan kelapa sawit.

Sawit ibarat dua sisi mata uang, satu sisi menguntungkan secara ekonomis dan merugikan Indonesia akibat penggundulan hutan serta merusak habitat yang ada dalam hutan tersebut. Apa yang dilakukan oleh pemerintah Malaysia sangat cerdas sekali, mereka melarang pembabatan hutan untuk memperluas lahan kelapa sawit didalam negeri sehingga hutan alam mereka tetap lestari. Tapi mereka menanam modal dengan memperluas lahan kelapa sawit di luar negeri yaitu Indonesia, karena Malaysia tahu bahwa luas wilayah yang sempit tentu akan merugikan rakyatnya di masa datang. Biarlah sekarang Indonesia mengejar posisi no.1 penghasil CPO dimasa kini, yang penting alam dan hutan Malaysia tetap terjaga serta penduduknya makmur.

Pihak pemerintah daerah Aceh patut dicontoh dengan program Visi Aceh Hijau yaitu melarang pembukaan hutan termasuk dari rencana kebun kelapa sawit. Investasi kelapa sawit dapat berlanjut tanpa harus membuka lahan baru, lahan kelapa sawit yang terbelengkalai akibat perang GAM – RI di masa lampau masih bisa direvitalisasi kembali.

Beberapa waktu yang lalu saya jalan kearah Leuwiliang, Bogor hingga kearah Pandeglang, Banten. Saya terkejut karena area yang dulunya masih hutan karet dan beberapa hutan sekunder kini berubah menjadi kebun kelapa sawit muda. Arghh….ternyata sawit sudah merambah pulau Jawa……welcome to the desert!!

11 thoughts on “Fenomena Sawit

  1. tulisan bagus. jujur, saya sebagai lulusan kehutanan juga masih enggan bahkan berkata tidak untuk pekerjaan di perusahaan yang mengusahakan perkebunan kelapa sawit. buka soal idealisme konservatif, tapi jika kita kaum-kaum muda berkiblat pada uang tinggi yang ditawarkan cukong kelapa sawit, dan mau melakukan deforestasi, kita bisa menebak kemana arah kehutanan kita beberapa puluh tahun mendatang.

    Liked by 1 person

  2. sangat menarik dan menambah pengetahuan, apakah renewable palm oil bisa menjadi jawaban issue ini? dan apakah bisa share lebih banyak soal renewable palm oil
    karena saya banyak menemukan pro dan kontra dengan proyek “renewable” tersebut

    Like

    1. hi yola…renewable palm oil. yah tetap saja tanahnya akan terus tergerus oleh kelapa sawit. Dan dibutuhkan tekhnologi yg tinggi dan mahal untuk memperbaharui tanah. Masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut agar tanah eks kelapa sawit masih bisa ditanami dan kembali disuburkan secara alami. Dan jangan lupa stop pembalakan liar hutan untuk kelapa sawit. Dats not right apabila sampai dibakar2 seperti kemarin…

      Like

  3. Miris,,,, namun begitulah. tanaman ini hanya perlu di kunjungi 2 minggu sekali, di pupuk 6 bulan sekali, namun menghasilkan uang berli[at kali ganda di bandingkan tanaman karet yang merupakan tanaman kayu yang “sebenarnya” dapat menyimpan air yang memang “tak tergantikan”. Mau di kasih minum apa anakmu kelak???

    Like

  4. saya tidak setuju produktivitas tanaman sawit per ha adalah 30 ton/ bulan yg benar adalah 30 ton/ha/thn maka dalam sebulan hanya menghasilkan 2,5 ton x 1000 = 2,5 juta sebulan belom termasuk biaya produksi yaitu pupuk dan tenaga kerja.. itu pun setelah 5 tahun..

    Like

Leave a comment